Analisis Film Pertarungan antar pelajar "Crow Zero" Menggunakan Pendekatan Semiotika.


 

Pendahuluan

Film aksi Jepang yang didasarkan pada manga Crows karya Hiroshi Takahashi. Film ini disutradarai oleh Takahi Miike dengan screenplay oleh Shogo Muto dan dibintangi Shun Oguri, Kyosuke Yabe, Meisa Kuroki dan Takayuki Yamada. Alurnya menyajikan sebuah prekuel manganya dan memfokuskan pada pertarungan kekuatan antara geng siswa-siswa di Sekolah Khusus Pria Suzuran. Film ini dirilis di Jepang pada 27 Oktober 2007. Ia berhasil menghasilkan dua sekuel, Crows Zero 2 dan Crows Explode, juga sebuah adaptasi manga yang dirilis pada 13 November 2008.

Seorang remaja yg datang ke sekolah bernama takiya genji,berniat ingin menguasai sekolah monster yg dimna isinya orang orang kuat,Serizawa adalah monster atau bisa disebut ketua dari suzuran tapi belum bisa menguasai keseluruhan kelas,lalu genjie berniat ingin menaklukkan sekolah suzuran,Genji adalah anak dari bos Yakuza paling terkenal di wilayahnya, Kedatangan genji ke suzuran membuat kekacauan hanya untuk bisa menguasai sekolah itu,Tapi tidak semudah itu banyak rintangan yg harus dilaluinya.


Rumusan permasalahan:

1. Permasalahan mengenai kelompok yang cenderung melakukan perilaku agresi. 

2. Bagaimana dan mengapa perilaku agresi muncul menjadi prioritas dalam film Crow Zero. 

Tujuan

1. Agresi verbal yang muncul berupa caci-maki ataupun penghinaan terhadap orang lain disebabkan oleh faktor amarah, provokasi serta penyerangan

2. Agresi fisik yang muncul berupa pemukulan, perkelahian dan pengeroyokan disebabkan oleh faktor pendisiplinan yang keliru, provokasi, in-group dan out-group serta kepemilikan teritori. 

Pembahasan

Film merupakan salah satu saluran media massa yang fungsinya adalah sebagai pengirim pesan kepada penontonnya, pada zaman seperti sekarang ini film merupakan salah satu alat penyampain pesan yang cukup efektif, dimana dari segi penyampaiannya di ceritakan kedalam sebuah cerita fiktif atau nyata, namun di balik semua cerita tersebut terdapat pesan pesan khusus yang melekat pada film tersebut, dan biasanya bila melalui cerita film sering terjadi ikatan yang membawa emosi penonton untuk masuk kedalam cerita film tersebut. Seperti contoh pada film Crows Zero ini penulis menemukan pesan pesan kekerasan baik itu dalam bentuk verbal maupun non verbal. Namun disini penulis dapat menangkap secara jelas makna makna kekerasan dalam film Crows Zero. 

Analisis Semiotika

Analisis semiotika pada film Crows Zero dari hasil pemaparan data yang terdapat pada sub bab sebelumnya, dapat dilihat bahwa tidak semua kode merepresentasikan pesan kekerasan pada film Crows Zero. Kode kode yang muncul, seperti kode penampilan, ekspresi, gerak tubuh, cara berbicara dan dialog memiliki arti penting dalam film ini sebagai representasi pesan kekerasan. Namun ada juga beberapa kode yang berfungsi sebagai penunjang kode kode yang lain, seperti kode lingkungan, kostum, musik, suara, tata rias, kamera, pencahayaan dan lain sebagainya. Walaupun kode kode tersebut sebagai penunjang, namun keberadaan kode kode tersebut tidak dapat dihilangkan keberadaannya, karena kode kode penunjang berfungsi sebagai alat kesatuan yang menyatukan keselarasan satu kode dan kode lainnya dalam film tersebut, sehingga penonton dapat melihat peristiwa yang terjadi dalam film sebagai sesuatu yang nyata dan pesan pesan yang ingin di sampaikan mengenai kekerasan dapat tersampaikan dengan baik melalui film tersebut Dari perpaduan kode kode yang saling melengkapi untuk menyampaikan makna film Crows Zero, maka peneliti melihat film Crows Zero ini telah sesuai dengan The Codes of Television yang dituliskan oleh John Fiske dalam bukunya Television Culture. Fiske menjelaskan bahwa realitas dapat dikodekan, atau lebih tepatnya satu satunya cara penonton dapat melihat dan menganggap film sebagai suatu realitas ketika kode kode dalam film tersebut sesuai dengan budaya yang berlaku. Pada film Crows Zero ini, dapat dilihat kode kode yang telah dipaparkan pada pembahasan sub-bab sebelumnya, disusun sedemikian rupa agara dapat dipahami sebagai sebuah relitas dan makna yang ingin disampaikan dan dapat ditangkap oleh penonton dengan baik. Film ini menceritakan realitas yang terjadi pada zaman sekarang ini. Pada zaman sekarang ini banyak sekali realitas mengenai anak remaja khususnya yang masih duduk di bangku sekolah melakukan tindak-tindak kekerasan untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih kuat dan bisa berkuasa dengan cara kekerasan.

Kesimpulan

Kekerasan menimbulkan effect yang berbahaya dan seharusnya tidak dilakukan apalagi oleh seorang pelajar. Kekerasan bukan lah jalan keluar yang tepat untuk memecaahkan suatu masalah. Film merupakan salah satu saluran media massa yang fungsinya adalah sebagai pengirim pesan kepada penontonnya, pada zaman seperti sekarang ini film merupakan salah satu alat penyampain pesan yang cukup efektif, dimana dari segi penyampaiannya di ceritakan kedalam sebuah cerita fiktif atau nyata, namun di balik semua cerita tersebut terdapat pesan pesan khusus yang melekat pada film tersebut, dan biasanya bila melalui ceita film sering terjadi ikatan yang membawa emosi penonton untuk masuk kedalam cerita film tersebut. Seperti contoh pada film Crows Zero ini penulis menemukan pesan pesan kekerasan entah itu yang Implisit ataupun yang eksplisit, namun disini penulis dapat menangkap secara jelas makna makna kekerasan dalam film Crows Zero. Film Crows Zero secara keseluruhan berusaha menyampaikan makna bahwa dengan bersatu dapat berhasil mencapai tujuan tertentu walaupun cara yang dipilih yakni kekerasan merupakan cara yang tidak tepat. Walaupun film ini bercerita tujuan nya adalah menjadi orang terkuat di Sekolah Suzuran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Objek kajian ( The Karate Kid) dan Analisis Semiotik.

Beauty Vlogger Tasya Farasya